Rabu, 22 Juli 2015
Rabu, 01 Juli 2015
Menurunkan ASA dengan terapi PLI (Paternal Leukocyte Immunization)
Tubuh wanita
bisa bereaksi membentuk antibodi antisperma (ASA) dalam jumlah tinggi yang
sifatnya mencegah sel sperma suami membuahi sel telur di dalam saluran telur.
Kini, dengan metoda Paternal Leukocyte Immunization (PLI) memungkinkan
pengukuran kadar ASA yaitu Husband’s Sperm Auto-aglutination Test (HSAaT).
Produksi ASA yang terlalu tinggi dapat “diobati” sehingga kadarnya
dipertahankan dalam kisaran normal.
Prosesnya bertahap. Sebelum pasangan menjalani proses terapi Paternal Leukocyte Immunization (PLI), suami harus melakukan uji pra-PLI, yaitu melakukan pengambilan contoh darah yang hasilnya sudah dapat diketahui dalam 3 hari. Apabila darah suami memenuhi syarat, maka barulah terapi dimulai.
Prosesnya bertahap. Sebelum pasangan menjalani proses terapi Paternal Leukocyte Immunization (PLI), suami harus melakukan uji pra-PLI, yaitu melakukan pengambilan contoh darah yang hasilnya sudah dapat diketahui dalam 3 hari. Apabila darah suami memenuhi syarat, maka barulah terapi dimulai.
- Darah suami diambil sebanyak 15 mililiter untuk diproses dan dipisahkan antara sel darah putih dan sel darah merah. Sekitar 10 juta sel darah putih yang berhasil dipisahkan, selanjutnya disuntikkan ke tubuh istri secara subkutan (di bawah permukaan kulit). Proses ini dilakukan sebanyak 3 kali dengan jarak 3-4 minggu.
- Dua minggu setelah suntikan ke-3, dilakukan evaluasi laboratorium terhadap kadar ASA di dalam tubuh istri. Apabila kadar ASA istri termasuk dalam kisaran normal, pasangan tersebut disarankan untuk melakukan hubungan intim karena proses pembuahan masih mungkin terjadi. Diharapkan bila terjadi proses pembuahan, dapat berlanjut hingga proses kehamilan yang normal.
- Untuk menjaga agar kadar ASA tetap dalam kadar normal, biasanya terapi terus dilakukan hingga usia kehamilan mencapai 12 minggu. Dengan begitu, diharapkan proses implantasi embrio (hasil proses pembuahan sel sperma terhadap sel telur) ke dalam dinding rahim dapat berlangsung normal. Proses kehamilan pun dapat berlanjut hingga 9 bulan penuh.
Infertil
bila:
- Pasangan sudah menikah selama 1 tahun, melakukan hubungan suami istri secara teratur dan benar, tanpa ada usaha pencegahan kehamilan, tapi pihak istri belum juga hamil.
- Pasangan sudah menikah selama 2 tahun, tetapi belum juga dikarunia anak, walau pun pihak istri sudah pernah hamil beberapa kali tapi kehamilannya tidak berlanjut (keguguran).
Penyebab
infertilitas:
27% akibat kelainan rongga panggul istri.
9% akibat kelainan mulut rahim (serviks).
18% akibat kelainan sistem peredaran endokrin istri.
41% akibat kelainan sistem reproduksi suami.
10% akibat faktor yang tak terjelaskan (unexplained).
Cek Kadar ASA. Setiap kali berhubungan seks, tubuh wanita akan memroduksi ASA. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan ASA Anda tergolong normal atau tidak.
• Normal: bila titernya 1: 4 hingga 1 : 64.
• Rendah: bila titernya 1 : >256 hingga 1 : 1.024.
• Menengah: bila titernya 1 : 2.048 hingga 1 : 16.384.
• Tinggi: bila titernya 1 : 32.768 hingga 1 : 262.304.
Manfaat PLI
27% akibat kelainan rongga panggul istri.
9% akibat kelainan mulut rahim (serviks).
18% akibat kelainan sistem peredaran endokrin istri.
41% akibat kelainan sistem reproduksi suami.
10% akibat faktor yang tak terjelaskan (unexplained).
Cek Kadar ASA. Setiap kali berhubungan seks, tubuh wanita akan memroduksi ASA. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat menunjukkan ASA Anda tergolong normal atau tidak.
• Normal: bila titernya 1: 4 hingga 1 : 64.
• Rendah: bila titernya 1 : >256 hingga 1 : 1.024.
• Menengah: bila titernya 1 : 2.048 hingga 1 : 16.384.
• Tinggi: bila titernya 1 : 32.768 hingga 1 : 262.304.
Manfaat PLI
- Membantu terjadinya kehamilan pada pasangan yang belum pernah punya anak.
- Membantu pasangan yang sudah punya anak tetapi kesulitan untuk mendapatkan anak berikutnya.
- Membantu wanita yang mengalami keguguran berulang untuk mendapatkan kehamilan normal.
- Membantu wanita dengan riwayat kehamilan tidak berkembang untuk mendapatkan kehamilan normal.
- Membantu wanita yang gagal hamil setelah menjalani inseminasi buatan atau bayi tabung untuk mendapatkan kehamilan yang normal.
- Membantu wanita yang kehamilannya tidak berlanjut setelah menjalani proses bayi tabung.
PLI (Paternal Leukocyte Immunization)
Apa sih PLI itu ? yuk kita simak penjelasan berikut ini, (diambil dari beberapa sumber)
PLI (Paternal Leukocyte Immunization) atau dikenal juga dengan Imunisasi Leukosit Suami (ILS) merupakan terapi yang diberikan untuk menurunkan antibodi sperma pada wanita yang memiliki antibodi sperma suami yang berlebihan.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan pasangan suami istri kesulitan memiliki keturunan, salah satunya karena sang istri memiliki antibodi sperma yang berlebihan. Untuk kasus ini, terapi PLI (Paternal Leukocyte Immunization) bisa menjadi pilihan untuk cepat memiliki momongan.
Antibodi sperma yang berlebihan menyulitkan sperma untuk sampai ke sel telur karena selalu ditolak dan menjadi tidak berfungsi, sehingga tidak memungkinkan terjadinya pembuahan dan kehamilan.
Setiap wanita yang sudah pernah terpapar sperma memang memiliki antibodi terhadap sperma suaminya, namun pada beberapa wanita antibodi tersebut bereaksi secara berlebihan.
"Penyebabnya sama dengan orang yang alergi, masing-masing orang memiliki respons yang berbeda, tergantung individunya. Wanita dengan antibodi sperma tinggi akan memberikan reaksi berlebihan pada protein pada sperma, sehingga sperma ditolak dan menjadi tidak berfungsi," jelas Dr Indra G Mansur,DHES, Sp.And dari Klinik Imunologi & Kesehatan Reproduksi Sayyidah, Pondok Kelapa, Jakarta”
Terapi PLI diberikan dengan menyuntikkan sel darah putih suami ke bawah kulit istri. Ini bertujuan untuk menurunkan antibodi sperma istri sehingga bisa ditoleransi oleh tubuh dan memungkinkan terjadinya pembuahan.
Pemberian terapi minimal 3 kali dengan jarak 3 minggu. Serum yang berisi sel darah putih suami akan disuntikkan di bagian bawah kulit ibu. Setelah terapi, pasien disarankan untuk melakukan penilaian ulang uji imunoandrologi. Bila hasilnya telah mencapai batas normal maka tidak perlu dilakukan terapi kembali. Jika belum, dapat dilakukan terapi ulangan hingga mencapai batas normal.
Menurut Dr Indra, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan pasangan suami istri untuk dapat melakukan terapi PLI, yaitu:
- Antibodi sperma istri menunjukkan hasil yang berlebihan
- Suami dalam keadaan sehat, yaitu hal tes darah menunjukkan bahwa suami bebas dari penyakit menular seperti HIV, hepatitis dan lainnya.
- Bagi istri yang memiliki riwayat alergi apapun (misal alergi makanan laut), maka pada saat terapi alerginya tidak dalam keadaan kambuh. Bila terapi dilakukan pada saat alergi sedang kambuh maka dapat menimbulkan reaksi yang berlebihan.
"Peluang keberhasilan penurunan antibodi hingga 95 persen, tapi untuk peluang kehamilan tergantung kondisi tubuh masing-masing. Untuk hamil kan ada banyak faktor, kalau memang yang menyulitkan hamil karena antibodinya tinggi maka bisa segera hamil ketika antibodi spermanya diturunkan," lanjut Dr Indra yang juga praktik di Klinik Sam Marie, Kebayoran Baru Jakarta.
Sebelum ada terapi PLI, Dr Indra menyampaikan ada 2 cara yang biasanya dilakukan untuk membuat pasangan dengan antibodi sperma berlebihan bisa hamil, yaitu dengan penggunaan kondom dan obat imunosupressor.
Dengan menggunakan kondom artinya membiarkan antibodi sperma turun dengan sendirinya, dengan membatasi paparan sperma. Namun cara ini harus memakan waktu lama, sekitar 6 hingga 1 tahun. Belum lagi bila sang istri sering makan makanan yang mengandung protein pemicu alergi. Hal ini akan membuat antibodi semakin lama mengalami penurunan.
Cara lain dengan menggunakan obat imunosupressor. Sayangnya dengan menggunakan obat ini semua antibodi di dalam tubuh ikut diturunkan, tidak hanya antibodi sperma. Akibatnya, sang istri akan sering mengalami sakit, bahkan juga mempengaruhi sumsum tulang belakang yang menyebabkan lambatnya peremajaan darah, memicu osteoporosis, risiko penyakit diabetes, dan lainnya.
"Nah, belakangan saya mendapatkan bahwa dengan imunisasi darah putih suami bisa menurunkan antibodi sperma saja, antibodi yang lain tidak ikut turun. Jadi bukan supresi (ditekan) tapi toleransi. PLI membuat toleransi terhadap sperma lebih bagus," jelas Dr Indra.
Menurut Dr Indra, istri yang memiliki antibodi sperma berlebihan juga akan sulit memiliki keturunan dengan jalan bayi tabung. Karena antibodi tidak hanya akan menolak sperma, tetapi juga menolak janin hasil pembuahan dari sperma tersebut.
"Jika pun berhasil terjadi pembuahan dengan jalan bayi tabung, maka persentase sedikit untuk membuat kehamilan terus berlanjut. Akhirnya juga bisa menyebabkan keguguran berulang. Karena walaupun sudah dipaksakan terjadi pembuahan, tubuh si istri tetap resisten," jelas Dr Indra yang juga berpraktik di Klinik Budhi Jaya, Tebet.
Wanita dengan riwayat keluarga memiliki antibodi sperma berlebihan punya risiko lebih besar mengalami hal serupa. Riwayat alergi makanan atau kondisi tertentu pun juga meningkatkan risiko wanita memiliki antibodi sperma berlebihan.
Menurut Dr Indra, hingga saat ini terapi PLI hanya tersedia di Jakarta, antara lain di Klinik Imunologi & Kesehatan Reproduksi Sayyidah Pondok Kelapa, Klinik Sam Marie Kebayoran Baru dan Pondok Bambu, Klinik Budhi Jaya Tebet, RS Permata Cibubur.
(sumber : detikhealth)
Langganan:
Postingan (Atom)